
Demonstrasi massa menentang kebijakan presiden yang dipandang tidak pro rakyat saat ini melanda berbagai negara dengan korban jiwa yang tidak sedikit. Berikut ini

1. Chile
Demonstrasi dimulai pada 18 Oktober itu terkait kenaikan harga tiket kereta bawah tanah di Santiago sebanyak 4 persen itu telah berkembang menjadi tuntutan peningkatan kesetaraan ekonomi di negara itu, serta reformasi sistem pensiun dan medis.
Pinera, Senin (28/10), mengganti delapan anggota kabinetnya termasuk menteri dalam negerinya yang tidak populer, Andres Chadwick, sepupu presiden dan teman lamanya.
Presiden miliarder itu minggu lalu juga menyodorkan sejumlah tawaran untuk menenangkan para pengunjuk rasa, termasuk kenaikan upah minimum dan pensiun serta harga yang lebih rendah untuk obat-obatan dan transportasi umum.
Tapi upaya itu tidak banyak membantu menenangkan para demonstran yang melihat upaya Presiden sudah terlambat.
Demonstrasi juga mulai diwarnai kekerasan. Kantor Menteri Dalam Negeri Chile menaikkan jumlah korban jiwa menjadi 20 orang pada Senin (28/10)

2. Irak
Aksi unjuk rasa besar-besaran meletus di seluruh Irak sejak 1 Oktober. Mereka menuntut langkah konkret pemerintah untuk menekan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan memberantas korupsi.
Sudah hampir 200 orang yang tewas dalam demonstran, 70 persen korban tewas disebabkan oleh luka tembak di kepala dan dada.
Para demonstran juga mengabaikan permintaan unjuk rasa dengan tenang dari para pemimpin politik dan pemuka agama.
Saat ini tuntutanya melebar, tidak hanya anti pemerintah tapi juga menuntut agar Iran keluar dari Irak dan tidak lagi mencampuri urusan dalam negeri Irak. Kantor kedutaan dan konsulat jenderal Iran jadi sasaran.
Demonstrasi menghadirkan tantangan yang paling serius bagi negara yang dilanda konflik itu sejak kekalahan kelompok ISIS dua tahun lalu. Peristiwa ini juga memperdalam krisis politik bagi Irak yang masih berjuang dengan warisan berbagai perang yang belum selesai sejak invasi AS pada 2003.

3. Lebanon
Unjuk rasa pecah di kota-kota Lebanon sejak 17 Oktober. Mereka menuntut penghapusan seluruh kelas politik, menuduh politisi dari semua golongan telah melakukan korupsi sistematis tanpa terkecuali.
Akibatnya, Perdana Menteri Lebanon, Saad Al-Hariri, mengundurkan diri dari jabatannya pada Rabu 30/10/2019. Dia merasa gagal dalam menyelesaikan krisis ekonomi yang disuarakan oleh para pengunjuk rasa.
Pengunduran diri Hariri ini dinilai mengakibatkan ketegangan politik sehingga mempersulit pembentukan pemerintah baru demi mengatasi krisis ekonomi terburuk di Lebanon sejak perang saudara 1975-1990.
4. Hongkong
Demonstrasi di Hongkong masih terus berlanjut walaupun tuntutan utama yaitu pembatalan RUU Ekstradisi sudah dipenuhi. Para demonstran dengan topeng melebarkan tuntutan pada kemerdekaan Hongkong dari China daratan.
Negara nganu yg mahasiswanya ditembak mati , kok gak masuk ya