
Keinginan Indonesia untuk mengakuisisi drone dari Turki suatu hari nanti juga dapat dilihat dari minat terhadap Bayraktar TB3, yang dirancang sebagai versi TB2 yang lebih berat yang juga dapat beroperasi dari kapal induk dan dok helikopter pendarat (LHD).
Angkatan Laut Indonesia telah bereksperimen dengan menggunakan UAV sayap tetap dari dek helikopter salah satu korvet kelas Diponegoro buatan Belanda.
Meskipun UAV hanya bisa lepas landas dari kapal dan harus mendarat di pangkalan udara, upaya tersebut jelas menunjukkan bahwa Indonesia tertarik untuk mengoperasikan UAV sayap tetap kapal.
Angkatan Laut Indonesia saat ini mengoperasikan armada tujuh dermaga platform pendaratan (LPD), tiga di antaranya dilengkapi sebagai kapal rumah sakit.
Sebagian besar LPD dibangun oleh pembuat kapal milik negara PT PAL Indonesia, yang memperoleh lisensi untuk membangun kelas Makassar dari Dae Sun Shipyard di Korea Selatan.
Mirip dengan TCG Anadolu LHD Turki, desain LPH memiliki lift belakang besar yang dapat memindahkan helikopter dan U(C)AV besar ke dek penerbangan atau hanggar. Dirancang untuk digunakan dari LHD dan LPH sejak awal, Bayraktar TB3 dapat digunakan dari LPH Indonesia tanpa memerlukan modifikasi desain. Karena ukurannya yang kecil dan sayap yang dapat dilipat, banyak TB3 dapat dikerahkan di kapal bersama dengan helikopter ASW dan drone lainnya untuk menyediakan kapal induk (tak berawak) pertama bagi Indonesia.
Tinggalkan Balasan