
Awal November 1945, Kolonel Sudirman, Komandan Divisi V Banyumas, mengumpulkan semua batalyon di Jawa Tengah bagian selatan, seperti Batalyon Surjosumpeno, Batalyon Soegeng, Batalyon Imam Androngi dan beberapa komandan lainnya.
Sudirman memutuskan untuk bertempur habis-habisan di Ambarawa, karena terbukti sekutu ingin nyenggol kedaulatan Republik dan mengetest kekuatan TNI. Menurut laporan intelijen yang diterima Sudirman, setelah penyergapan di desa jambu dan pasukan sekutu melakukan investigasi untuk kemungkinan menguasai kota Ambarawa yang dulu dikenal sebagai kota tangsi militer, laporan itu menyebutkan kota ini dikuasai untuk diberikan pada NICA yang kelak mendarat dari Australia.
Membaca laporan itu, Sudirman memerintahkan semua pasukan bersiap, ia juga mempersiapkan penuh pasukan dengan strategi jurus kalajengking, strategi penyergapan yang mengepung kota dengan sasaran akhir, markas pasukan sekutu di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di jalan Margo Ageng. Saat itu Sudirman juga memerintahkan agar seluruh jalan besar Ambarawa-Semarang akan dijadikan Palagan besar, perang besar untuk memberi pelajaran pada sekutu, bahwa Republik ini sudah berdiri dan berdaulat sebagai Bangsa.
Tinggalkan Balasan