Kisah Pelarian Korea Utara Yang Tidak Kerasan Di Korea Selatan dan Ingin Mudik

Kim Ryon-hui, seorang pelarian Korea Utara yang telah hidup 7 tahun di Korea Selatan sangat ingin kembali ke rumahnya di Korea Utara.

Kim bukan satu-satunya di antara sekitar 30.000 pembelot Korut yang tinggal di Korsel, mereka telah mempertaruhkan nyawa untuk melarikan diri dari Korut tapi kehidupan di Korsel ternyata tak seindah yang dibayangkan.

Keinginan Kim untuk kembali telah menjadikannya pahlawan di Korea Utara, berita tentang merananya di dirinya di selatan disiarkan oleh rezim, sementara di Korea Selatan ia dipandang dengan kecurigaan oleh pemerintah, yang menolak untuk mengeluarkannya paspor karena takut ia akan mencoba melakukan perjalanan ke Korea Utara melalui China.

Penderitaan Kim dimulai ketika dia bepergian ke China untuk perawatan medis tahun 2011, ketika dia terkejut mengetahui bahwa negara komunis itu tidak menyediakan layanan kesehatan gratis seperti di negaranya.

Akhirnya dia mulai bekerja di China untuk membayar tagihannya, ketika seorang broker yang menyelundupkan orang Korea Utara ke Korea Selatan meyakinkannya bahwa dia dapat menghasilkan lebih banyak uang di sana, dan kembali dalam beberapa bulan.

Tetapi ketika dia tiba di Selatan dia dengan cepat menyadari bahwa itu adalah tiket satu arah. Seperti semua pembelot Korea Utara, dia diinterogasi oleh agen-agen dari Badan Intelijen Nasional dan diminta untuk menandatangani pernyataan yang menolak dukungan untuk Korea Utara. Dia juga secara otomatis menjadi warga negara Korea Selatan, dan dilarang mengunjungi Korea Utara tanpa persetujuan pemerintah.

Kim berencana untuk mengajukan paspor dan kembali, tetapi ditolak ketika pihak berwenang menemukan tujuannya adalah Pyongyang.

Kim kemudian mencoba memalsukan paspor tetapi ditangkap dan dijatuhi hukuman dua tahun penjara, dijalaninya 10 bulan sebelum dia dibebaskan pada 2015. Sejak pembebasannya dia telah melakukan protes dan berkeliling Korea Selatan berbicara tentang keinginannya untuk kembali. Dalam tur dia telah berulang kali ditanya mengapa dia ingin kembali ketika kehidupan di Selatan jauh lebih nyaman.

“Tidak peduli seberapa makmurnya kamu jika kamu tidak bisa membagikannya dengan keluargamu, itu tidak akan ada artinya,” katanya.

“Tinggal di sini selama tujuh tahun mengajari saya bagaimana rasanya hidup di sini sebagai pembelot Korea Utara,” katanya. “Para pembelot Korea Utara selamanya adalah orang asing di negara ini, diklasifikasikan sebagai warga negara kelas dua. ”

“Para pembelot Korea Utara diperlakukan seperti abu rokok yang dibuang di jalanan.”

Separuh warga Korea Utara yang sekarang tinggal di Korea Selatan mengatakan mereka menghadapi diskriminasi, termasuk dari para majikan, kolega, dan bahkan orang asing di jalan.

Kim tumbuh di Pyongyang, bekerja sebagai penjahit, dan hidup nyaman dengan standar Korea Utara. Suaminya adalah seorang ahli bedah militer, posisi yang didambakan dalam masyarakat Korea Utara.

Sekarang dia tinggal di sebuah rumah bobrok di Seoul yang dipenuhi dengan orang-orang yang ingin kembali ke Korea Utara. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali di tempat mereka dilahirkan.

Kwon Chol-nam menggelar protes sendirian di luar kedutaan AS di Seoul meminta agar diizinkan kembali ke Korea Utara. Foto: Kwon Chol-nam / Handout

Kim secara pribadi tahu tentang tujuh pembelot lain yang ingin kembali, tapi mereka menghindari sorotan media.

Sumber: The Guardian

Posting Komentar untuk "Kisah Pelarian Korea Utara Yang Tidak Kerasan Di Korea Selatan dan Ingin Mudik"