Pesawat F-35A Joint Strike Fighter Angkatan Udara Australia telah berhasil menyelesaikan 1.000 jam terbang di Pangkalan Angkatan Udara Luke di Arizona.
Pencapaian tersebut diraih oleh Flight Lieutenant Adrian Herenda yang menerbangkan F-35A Australia dengan nomor registrasi A35-001. Mantan pilot F/A-18A tersebut telah menerbangkan pesawat selama 12 bulan dan mengatakan bahwa ia senang menerbangkan jet tersebut mencapai tonggak penting dalam pengoperasian F-35 AU Australia.
“F-35A memberikan pilot kewaspadaan situasional yang fenomenal, yang merupakan manfaat signifikan ketika beroperasi di lingkungan ancaman yang kompleks,” kata FLTLT Herenda.
Project engineering manager JSF Branch Timothy Rafferty, mengatakan tonggak tersebut menandakan kematangan platform tersebut dan sistem pendukung yang terkait.
“Mengingat A35-001 menyelesaikan sebagian besar dari 1.000 jam terbangnya di Pilot Training Centre (PTC), pencapaian ini berkat kontribusi yang telah dibuat Australia untuk lingkungan pelatihan kolaboratif, dengan lebih dari 1.000 pilot F-35 sekarang mendapatkan kualifikasi dan terbang pada kedinasan masing-masing,” kata Rafferty .
Director-general JSF Air Commodore Damien Keddie mengatakan, “Ini menunjukkan kematangan kemampuan F-35A kami dan menunjukkan pentingnya kemitraan F-35 internasional.
“A35-001 adalah salah satu dari lima pesawat Australia di Luke AFB, dengan negara-negara mitra F-35 lainnya juga berpartisipasi pada PTC dalam kolaborasi global yang telah menjadi landasan Program F-35 sejak awal.”
Saat ini, pesawat A35-001, F-35 pertama Australia, yang diproduksi pada tahun 2014, dioperasikan oleh Pilot Training Centre (PTC) internasional di Luke AFB di AS.
Hingga saat ini, AU Australia telah menerima 26 pesawat F-35A. Selain lima pesawat di PTC, 17 unit beroperasi di No 3 Squadron dan No 2 Operational Conversion Unit di Pangkalan RAAF Williamtown. Empat jet yang tersisa dijadwalkan untuk tiba di Australia dari AS sebelum Agustus.
Rafferty mengatakan personel JSF Branch memainkan peran penting dalam akuisisi, sertifikasi awal, dan manajemen kelaikan udara armada F-35A Australia dari 2014 hingga pertengahan 2018.
Pada tahun 2018, Air Combat Systems Program Office (ACSPO) di CASG memikul tanggung jawab atas kelaikan udara dan manajemen keberlanjutan armada secara keseluruhan.
“Ini menunjukkan kolaborasi penting dan berkelanjutan yang sedang berlangsung dimana kami bekerja untuk memastikan semua 72 pesawat F-35A diserahkanke Australia pada akhir 2023 untuk final operating capability [FOC],” katanya.
Ini adalah tahun terakhir dari kontribusi AU Australia ke PTC. Mulai 2021, semua pelatihan F-35 direncanakan akan dilakukan di Australia.
Lockheed Martin F-35 Joint Strike Fighter disebut sebagai katalisator untuk revolusi generasi kelima, mengubah wajah dan kemampuan Angkatan Udara Australia dan Angkatan Pertahanan Australia (ADF) secara umum.
Bagi AU Australia, kombinasi coating dan material F-35A yang low-observable pada semua spektrum, bentuk tubuh berkemampuan mendispersi radar, sensor dan perangkat komunikasi yang network-centric, dikombinasikan dengan kemampuan serang yang mematikan, menjadikan pesawat tersebut menjadi pengganda kekuatan utama pertempuran udara.
Sepuluh negara saat ini menerbangkan F-35, termasuk AS, Inggris, Italia, Norwegia, Israel, dan Jepang. Saat ini lebih dari 340 F-35 beroperasi pada negara-negara mitra, lebih dari 700 pilot dan 6.500 pemelihara telah dilatih, dan armada F-35 telah melampaui lebih dari 170.000 jam penerbangan kumulatif.
Nah masalahnya adalah? ada enggak jaminan klo si F-35A Austrlia ini enggak masuk ke Indonesia? sebagai pesawat siluman bisa saja ini pesawat udah keluar masuk wilayah Indonesia dan Indonesia sendiri tidak punya sistem pertahanan udara yang mampu melacaknya sekelas S-300 atau S-400.
Sumber : australianaviation.com.au
Posting Komentar untuk "F-35 Australia Capai 1.000 Jam Terbang, Udah Nglayap Kemana Aja Nih?"