Alasan Mesir Dukung LNA Dalam Perang Libya

Mesir adalah tetangga terdekat Libya, hubungan keduanya pun pasang surut. Saat keduanya dipimpin oleh dua presiden “terlama”, Mesir oleh Hosni Mubarak dan Libya oleh Moammar Ghadafi, hubungan keduanya seperti tidak saling kenal.Ghadafi sendiri terbilang anti Mesir setelah semangat Pan Islamisme ditolak oleh Anwar Sadat yang memilih berdamai dengan Israel.Pada tahun 1970an, hubungan Muammar Gaddafi dengan Anwar Sadat merenggang akibat Mesir menghentikan pertempuran dengan Israel di October War 1973. Di tahun 1977, Gaddafi mengusir sebanyak 225.000 pekerja asal Mesir dari kilang kilang minyak Libya yang terletak di Timur negara itu, dengan alasan Mesir berencana untuk merebut ladang minyak Libya dan pecahlah perang.Libya adalah paling kaya minyak di Afrika utara. Makanya negara ini banyak direbutin.Turki mencoba tampil sebagai pahlawan dengan mendanai kubu politisi GNA. Padahal sebenarnya mengincar simpanan emas dan minyak Libya.Mesir jelas enggak tinggal diam. Secara ideologi, Turki adalah musuh berat bagi Mesir dan ancaman.Walhasil pecahlah perang saudara. Turki berkuasa di Barat Libya dan kelompok Haftar LNA yang berkuasa di Timur Libya. Dalam dua belakangan terakhir di tahun 2020, kelompok Haftar LNA yang didukung Rusia ini juga terdesak oleh pasukan GNA-Turki. Faktor utama Mesir membantu Haftar LNA adalah bahwa negara itu memiliki kepentingan terhadap kilang kilang minyak di Libya Timur, terbukti saat Presiden Mesir El-Sisi memberi peringatan terhadap Turki dan GNA bahwa mereka akan ikut berperang jika Pemerintah GNA dan sekutunya terus menyerang garis depan pusat Sirte-Jufrah.Garis Sirte-Jufrah merupakan dipandang sebagai pintu gerbang ke terminal ekspor minyak utama Libya, yang sekarang dipegang oleh sekutu Mesir, yaitu Haftar. Selain itu, alasan adanya kelompok Ikhwanul Muslimin di Libya juga membuat Mesir kahwatir dan lebih mendukung Haftar yang notabennya memiliki pandangan sama yaitu Islam sekuler.

Posting Komentar untuk "Alasan Mesir Dukung LNA Dalam Perang Libya"