Karena perusahaan pesawat tempur di Uni Soviet (sekarang Rusia) menganut sistem “Umur Masa Damai” dan “Effective Remaining Lifetime”. Desain mereka, dalam kondisi apapun, pesawat yang ada di skadron harus memiliki kemampuan beroperasi “sekian jam umur minimum” Beda sistem maintenance Soviet vs US/NATO. Uni Soviet biasanya pakai Conscript Army.
Sebagian besar tentara dan teknisi pada masa Uni Soviet berasal adalah wajib militer dan tidak terlatih. kalau perang yang turun ya bekas petani atau buruh pabrik yang sehari hari nggak pegang pesawat dan disuruh ngurusi pesawat.
Beda sama US/NATO yang mengandalkan barisan teknisi darat jempolan dan terlatih tinggi (soalnya career soldier. dilatih ya buat ngurusi pesawat) , plus civilian contractor (yang lulusan Politeknik/Universitas dan betul betul orang terlatih) dilengkapi fasilitas maintenance terbaik sampai ke front line. Ini karena keduanya beda doktrin perang dan konsep.
Misal MiG-29 itu Point Defence Interceptor. fungsinya dia ngendon di front base kemudian kalau radar menangkap musuh datang, dia terbang untuk menyambut lawan. Ya jangan dibandingkan dengan F-16 yang medium multirole aircraft yang pada prakteknya pun melakukan misi deep penetration ke posisi lawan
Ilustrasinya begini,
Ada pesawat MiG-X buatan Russia dan pesawat F/A-Y buatan US.
MiG-X didesain umur pakainya 2000 hours sebelum rusak. Dan effective minimum lifetime nya dipatok di 1000 hours. Jadi tiap 1000 hours, pesawat itu harus mengalami maintenance sehingga sisa umurnya “direset” ke 2000 jam lagi.
Dimana dilakukannya? Di pabriknya, atau negara asli. makanya pesawat ini modular (bisa dibongkar bongkar sayapnya dan dikirim via Antonov atau Kapal kontainer).
Makanya Flanker bisa dikirim lewat Antonov, dan Russia nggak banyak banyak punya pesawat sekelas C-130. Lha gak butuh kok, kalo rusak ya kirim replacement lagi aja yang baru.
Misal pada saat mau maintenance ada perang dan tidak sempat dimaintain, ya pake aja. Toh usia pakai sebenarnya masih 1000 jam sisa.
Terus untuk TNI bagusnya pakai pesawat buatan mana?
Tahu sendiri kan susahnya ngrawat Sukhoi. Pesawat ini kalau overhaul harus dipreteli untuk dikirim ke bengkel resmi Sukhoi di Belarusia atau Ukraina. Waktunya juga cukup lama lho bisa 6 bulanan. Belum lagi ongkosnya.
Coba bayangin kalau Rusia tiba-tiba ngembargo Indonesia, pesawat buatan Rusia bisa langsung jadi rongsokan. Pas jaman normal aja, negara seperti Malaysia aja kesulitan nyari spare part untuk MiG-29.
Karena ngrawat pesawat buatan Rusia, emang kudu harus nyetok spare part dalam jumlah banyak dan itu enggak murah dan mudah.
Beda sama pesawat buatan Barat. Spare part sama teknologinya bisa dipelajari dengan mudah karena komponen spare partnya bisa dibeli secara terpisah bukan sak glundung. Perawatan juga mudah karena bisa dikerjakan para teknisi TNI AU di Depohar TNI AU Bandung atau Madiun atau Malang.
Nahh, jadi bagaimana? pilih buatan Rusia atau Amerika nih.
Sumber asli by Bhaskoro Aji Wibowo (Eks Karyawan PT Dirgantara Indonesia) on FB
Posting Komentar untuk "Mengapa Pesawat Tempur Buatan Rusia Berumur Pendek Dibanding Buatan Amerika"