Amerika Serikat sedang memperingati Hari Kesadaran Kekerasan Senjata Nasional pada saat negara itu menghadapi penembakan massal satu demi satu dan orang-orang bertanya-tanya apa yang dapat dilakukan untuk mencegah lebih banyak tragedi semacam itu.
Pada hari Rabu, seorang pria berusia 45 tahun melakukan penembakan di sebuah rumah sakit Tulsa, Oklahoma, menewaskan empat orang. Pada 14 Mei, seorang pria berusia 18 tahun bersenjata pergi ke sebuah supermarket di Buffalo, New York, menembak 13 orang dan membunuh 10 di antaranya. Dan pada 24 Mei, seorang pria bersenjata berusia 18 tahun lainnya melakukan penembakan di sebuah sekolah dasar di Uvalde, Texas, menewaskan 19 siswa dan dua guru.
“LULAC berdiri dalam solidaritas dengan semua keluarga di kota Uvalde,” Sergio Lira, presiden Liga Warga Amerika Latin cabang Houston, mengatakan pada konferensi pers.
“Jika Anda melarang senapan serbu, Anda memiliki lebih sedikit pembunuhan. Jika Anda melakukan pemeriksaan latar belakang, Anda memiliki lebih sedikit pembunuhan,” lanjut Lira.
Di AS senjata api dijual belikan secara bebas. Setiap warga negara di atas usia 17 tahun bisa membeli senjata api yang dia inginkan. Berbeda dengan di Indonesia yang sangat ketat melakukan pengawasan terhadap kepemilikan senjata.
“Kontrol ini harus mencakup pemeriksaan latar belakang yang komprehensif – tidak hanya oleh dealer, tetapi juga di sales di pameran – untuk semua penjualan senjata api,” Bill Crosier, presiden Pusat Perdamaian dan Keadilan Houston, mengatakan pada rapat umum kesadaran kekerasan senjata.
“Ditambah larangan penjualan senapan serbu dan magasin berkapasitas besar, yang bukan untuk perlindungan personal,” tambah Crosier.
Yang pasti, ide untuk melarang penjualan senjata tidak akan diterima oleh warga AS.
“Menyingkirkan senjata api bukanlah jawabannya,” kata Michael Cargill, seorang advokat senjata dan pemilik toko senjata Central Texas Gun Works di Austin, Texas.
Posting Komentar untuk "Amerika Darurat Kepemilikan Senjata Api, Sering Terjadi Penembakan Massal"