Dalam budidaya ikan air tawar terutama pada air diam seperti kolam, ada dua hal yang harus dikelola oleh petani, yaitu pertumbuhan ikan dan kualitas air. Pengelolaan air juga jauh lebih sulit dibandingkan pada kolam ikan yang dialiri air mengalir dari sungai atau model keramba apung pada telaga atau danau. Musuh utamanya adalah tumpukan kotoran ikan di dasar kolam.
Pada kolam terpal di atas tanah, kotoran ini bisa mudah dibuang dengan mengalirkan air keluar dari pipa pembuangan. Sedangkan pada kolam tanah selama ini petani ikan hanya bisa memanfaatkan pompa air untuk menyedot kotoran di dasar kolam. Namun tidak bisa optimal jika ukuran kolamnya besar, karena tidak bisa menjangkau kotoran di tengah kolam.
Endapan kotoran ikan yang terlalu lama ini jika dibiarkan akan mengalami penguraian oleh bakteri secara anaerob. Akibat dari proses ini, bisa timbul gas amonia yang meracuni ikan dan menyebabkan kematian massal mendadak.
Ancaman lain dari endapan ini adalah munculnya bakteri jahat (patogen) yang menyerang ikan, organ luar ataupun organ dalam. Ada yang menyebabkan sisik ikan rontok dan terluka, ada juga yang menyerang insan ikan menyebabkan ikan muncul ke permukaan air dengan berenang memutar.
Masa pemeliharaan Ikan Gurami mencapai satu tahun baru bisa dipanen, karenanya endapan kotoran selama itu menjadi ancaman serius bagi keberhasilan panen.
“Saya sendiri pernah mengalami, beberapa hari mau panen, tiba-tiba banyak ikan yang mati mengambang karena kotoran ikan berubah jadi amoniak, ada juga kolam yang saat panen ikanya tidak sehat dan tidak layal jual” kesaksian Muhammad Ilham Nurhakim, petani ikan Gurami dari Tukungagung yang pernah meraih penghargaan Satu Indonesia Award tingkat Provinsi Jawa Timur di bidang wirausaha perikanan tahun 2020.
“Rasanya nyesek banget, sudah setahun memelihara, eh pas menunggu panen tiba-tiba gagal,” tambahnya.
Sebagai solusi, Ilham, panggilan akrab Muhammad Ilham Nurhakim, membuat alat bernama Fish Pond Automatic Cleansing Using IOT Floating Pump yang disingkat FIMP.
FIMP adalah alat penghisap kotoran ikan dalam skala besar untuk kolam ukuran besar. Sehingga bisa meningkatkan kualitas air dengan menyedot kotoran di dasar kolam untuk dibuang. Alat ini bekerja secara otonom dengan perahu kecil yang mengapung di kolam. Dilengkapi kontrol melalui IoT atau Internet of Things, alat ini juga dirancang untuk dikontrol, diawasi dan digerakkan dari jauh selama bekerja melalui smartphone.
“Ikan Gurami inikan masa pemeliharaanya hampir 1 tahun baru bisa panen, beda dengan Ikan Nila yang 4 Bulan atau Ikan Lele yang 3 bulan. Jadi tumpukan kotoran di dasar kolam itu selama ini yang menjadi momok petani,” katanya Ilham, panggilan akrabnya, menerangkan ide dibalik pembuatan alat ini.
FIMP berhasil menurunkan resiko kematian ikan, meningkatkan hasil panen yang muaranya adalah kemakmuran petani ikan Gurami.
Alat ini menjadi salah satu kontestan dalam Astra Start Up Challenge 2022 (ASC 2022) serta berhasil masuk 50 besar dan melangkah ke babak selanjutnya di Jakarta. Namun karena sang istri mau melahirkan anak pertamanya, M. Ilham pamit pulang dan tidak melanjutkan petualanganya di ASC 2022.
Selain FIMP, Ilham juga membuat alat pembuat pakan mandiri yang lagi-lagi juga berbasis IoT. Alat ini bisa dikontrol menggunakan smartphone. Tujuanya agar racikan bahan baku pakan bisa pas karena ikan gurami adalah jenis hewan omnivora yang cenderung herbivora, selain membutuhkan protein hewani untuk pembesaranya juga membutuhkan protein nabati dari tanaman.
“Pakan Harus seimbang, agar mendapatkan berat ikan yang optimal dan sehat sampai panen,” katanya.
Harga pakan selama ini menjadi momok tersendiri karena harganya yang selalu naik. Dengan mesin ini, satu lagi kendala dalam budidaya ikan gurami bisa teratasi.
Karena pada dasarnya, dalam budidaya ikan, selain memelihara ikan dengan memberi pakan yang berkualitas, petani juga harus memelihara kualitas air jika ingin panen nanti sukses. Untuk itu dia menciptakan dua alat ini, yang satu untuk menjaga kualitas air (FIMP) dan satunya untuk menyediakan pakan ikan (mesin pakan).
Diganjar Satu Indonesia Award Tahun 2020 oleh PT Astra Internasional tingkat Provinsi Jawa Timur.
Tahun 2020 silam, Ilham yang barusia 25 tahun saat itu, dianugerahi Satu Indonesia Award oleh PT. Astra Internasional tingkat provinsi Jawa Timur, sebagai pemuda yang yang punya ide dan rencana bisnis yang luar biasa di bidang kewirausahaan budidaya ikan gurami
Dari ajang Satu Indonesia Award tersebut, Ilham mendapat bantuan dana, dia saat itu yang masih “Fresh Graduate” bergerak cepat mengaplikasikan visinya untuk meningkatkan kemakmuran petani ikan Gurami di desanya. Dan terus berinovasi menyediakan solusi pada setiap hambatan dengan membuat dua alat tadi, yaitu Alat Produksi Pakan IoT tahun 2021 dan FIMP tahun 2022.
Di bawah bendera “Sobat Mina” yang sudah berbadan hukum dalam bentuk CV, Ilham sukses merangkul para petani menjadi mitra usaha. Dari delapan kolam ikan saat ini sudah berkembang menjadi 56 kolam ikan gurami dengan omset per tahun mencapai 4 milyar rupiah.
“Alhamdulillah mas, sekarang mitra Sobat Mina rata-rata sudah punya dua mobil, satu mobil untuk keluarga dan satu mobil pick up untuk niaga perikanan,” katanya menjawab pertanyaan saya tentang apa yang sudah dirasakan petani ikan yang menjadi anggota Sobat Mina.
Sobat Mina menyiapkan sarana dan prasarana budidaya ikan gurami dari hulu sampai hilir. Dari mulai pembibitan benih, penyediaan pakan, perawatan air kolam sampai penjualan.
Paska pandemi covid19 dan ancaman resesi ekonomi di tahun 2023, ilham tetap optimis bahwa berwirausaha di dunia pangan ini akan tetap cerah. Karena pangan adalah kebutuhan pokok dan setiap hambatan pasti ada solusi.
“Apalagi kalau masalah itu dihadapi bareng-bareng, nanti pasti muncul ide dan solusi,” kata Ilham. Persis seperti kata pepatah, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.
Saat ini Ilham sedang mempersiapkan persyaratan formalitas untuk bisa mengekspor ikan Gurami ke luar negeri. Dia optimis bahwa sektor pangan tidak akan terdampak oleh isu resesi ekonomi di tahun 2023.
“Semua orang di dunia ini butuh makanan, seiring bertambah penduduk bumi kebutuhanya akan terus meningkat,” katanya.
Benar juga!, invasi Rusia ke Ukraina telah menggoyahkan tatanan pasokan pangan dunia terutama biji gandum. Menyadarkan banyak orang bahwa selain minyak bumi, pangan juga merupakan komoditas penting di era modern ini yang bisa menggoyahkan tatanan ekonomi suatu negara terutama yang mengandalkan impor dari luar. Sekaligus membuka peluang ekspor karena banyak permintaan.
Di Indonesia, semangat pemuda seperti Ilham yang kreatif mau menjadi petani, harus ditularkan agar kebutuhan pangan di dalam negeri bisa dipenuhi secara mandiri tanpa impor agar terwujud kedaulatan pangan dan kemakmuran ekonomi petani ikan sebagai bagian dari pertahanan negara.
Sekian semoga bermanfaat.
Posting Komentar untuk "FIMP: Solusi Untuk Masalah Budidaya Ikan Gurami Hingga Mampu Meningkatkan Kemakmuran Petani"