Admiral Tributs, Perkasanya Kapal Perusak Rusia

Jika pada bulan Desember 2015 kapal perang AL Rusia jenis Destroyer Bystriy (715) dari kelas Sovremenny (Projekt 956) berkunjung ke Jakarta, maka pada bulan November 2016 giliran Admiral Tributs (564) dari kelas Udaloy (Projekt 1155) yang beranjangsana dalam rangka memeriahkan pameran Indo Defence Exhibition & Forum (IDEF) 2016.

Admiral Tributs sendiri sudah sandar di dermaga JICT 2 pada 1 November, atau sehari sebelum pembukaan IDEF 2016. Sama seperti ketika Bystriy datang, kali ini Kedutaan Besar Rusia juga mengkoordinasikan hari kunjungan pers ke terminal JICT 2, Tanjung Priok tempat bersandarnya Admiral Tributs.

Seperti biasa, hari kunjungan pers dilaksanakan berbarengan dengan konferensi pers Duta Besar Rusia HE Mikhail Galuzin. Kapal perusak spesialis peperangan bawah air ini dipimpin oleh Laksamana Muda Eduard Mikhailov dan saat ini merupakan bagian dari gugus tugas anti perompakan di bawah Armada Pasifik AL Rusia.

Sejatinya Admiral Tributs hendak datang bersama kompanionnya, kapal perusak Bystriy, tanker Boris Butoma, dan kapal tugboat samudera Alatau. Gugus tugas ini berangkat menjalankan misi dari markas Armada Pasifik AL Rusia di Vladivostok. Sayangnya, hanya Admiral Tributs yang berhasil sampai ke Jakarta kali ini karena tiga kapal lainnya mengalihkan tujuan karena adanya panggilan tugas lain.

Kapal perusak kelas Udaloy sendiri dikembangkan hampir berbarengan dengan Sovremenny, dimana kehadiran keduanya pertama kali dipergoki pesawat pengintai NATO. Para perencana militer Uni Soviet saat ini memang memutuskan untuk membuat kapal perusak dengan kemampuan terdedikasi, karena membangun satu platform kapal yang bisa melakukan semua dianggap terlalu mahal dan ambisius. Saat itu Udaloy diberikan kode sementara BALCOM-3 (Baltic Combat-3), dan tampil dengan seluruh sistem perang bawah permukaan sudah terpasang.

Udaloy sendiri dikembangkan berdasarkan desain kapal perusak kelas Krivak dan dikerjakan oleh Biro Desain Severnoye dengan nama resmi Projekt 1155 Fregat 1. alasan Krivak perlu diganti adalah karena ketidakmampuan kapal perang tersebut untuk membawa helikopter dan sistem sonarnya dianggap ketinggalan jaman. Pembuatan seluruh kapal kelas Udaloy dilakukan di dua galangan kapal: Severnaya Verf dan Yantar, Kaliningrad.

Karena mengambil basis Krivak, maka dimensi antara keduanya pun mirip. Udaloy memiliki panjang 163 meter, lebar 19,3 meter, dan benaman 6,2 meter. Bobotnya mencapai 6.200 ton, atau selisih kurang 1.000 ton dari Bystriy, mengingat sistem persenjataannya juga tidak selengkap dan seberat adiknya yang jago perang permukaan itu.

Sistem senjata anti permukaan pada Udaloy pun boleh dikata hanya dicukupkan untuk pertahanan diri belaka. Bentuk lambung dan superstruktur tidak berbeda jauh dengan Krivak, dimana Udaloy menggunakan desain standar Rusia dengan dua casemate meriam di depan, anjungan yang diapit oleh dua sel rudal, kemudian tiang-tiang radar, dua cerobong, dan di bagian belakang ada dua hangar helikopter yang bersisian untuk helikopter anti kapal selam Ka-27 Helix.

Hangar ini membuka ke arah atas pada saat helikopter hendak masuk atau keluar, dengan difasilitasi lift. Pendaratan helikopter di dek Udaloy difasilitasi dengan sistem Fly Scren-B yang memancarkan gelombang mikro untuk pandu pendaratan otomatis helikopter. Udaloy juga dapat membawa kapal kecil sekelas RHIB untuk operasi pasukan khusus di tengah laut.

Kapal ini memiliki set awak sebanyak 29 perwira dan 191 kelasi, serta dapat beroperasi selama 30 hari sebelum harus sandar untuk isi ulang bahan bakar dan perbekalan. Navigasi untuk Udaloy disediakan oleh tiga unit radar MR-212/201 Vagyach-U (NATO: Palm Frond)

Baca Juga:  TNI AL Seharusnya Bentuk Komando Armada Tengah

Sistem penggerak pada Udaloy mengandalkan kombinasi COGAG (Combination of Gas Turbine and Gas Turbine) M-9 yang terdiri dari 2 turbin gas M-8KF untuk akselerasi dengan daya @ 22.500shp dan dua M-62 turbin gas untuk kondisi jelajah normal dengan daya @ 7.500shp sehingga total seluruh mesin kapal dapat menyalurkan daya sampai 60.000shp.

Kombinasi mesin ini menggerakkan dua batang propeller dengan lima bilah tiap unitnya dengan kecepatan jelajah 18 knot, dan maksimal 29.5 knot. Desain awal Udaloy sendiri direncanakan memiliki mesin dengan daya mencapai 72.000shp namun kemudian dibatalkan karena alasan keekonomian konsumsi bahan bakar.

Sistem persenjataan utama pada Udaloy terdiri dari dua sistem kubah AK-100 DP yang terpasang pada dua kubah di haluan, masing-masing dengan satu laras meriam 100mm L70 A-214. Kubah di belakang posisinya lebih tinggi sedikit di atas kubah depan, untuk memberi ruang putar laras. Setiap laras meriam dibungkus dengan jaket berisi air untuk pendinginan secara cepat, dan sistem pasokannya juga otomatis untuk memberikan kecepatan tembak maksimal.

Kubah dari bahan baja yang menaungi meriam sanggup menampung dua drum amunisi berkapasitas 174 butir peluru per kubah. Kecepatan tembak maksimal dari meriam ini adalah 50-60 peluru per menit, dengan jarak maksimal jangkauan lintas lengkungnya mencapai 21 kilometer dengan amunisi HE-F (High Explosive-Fragmentation).

Tersedia amunisi tebar yang dapat didesain untuk meledak di udara dengan sumbu waktu untuk perlindungan terhadap serangan pesawat, dengan jarak 10 kilometer melawan sasaran berukuran besar, atau 5 kilometer terhadap sasaran seperti rudal anti kapal. Sepintas AK-100 DP memang terlihat besar untuk ukuran Barat, tetapi bandingkan dengan AK-130 milik Sovremenny yang memang didesain untuk melawan kapal dan bantuan tembakan ke darat.

Sistem AK-100 DP dikendalikan melalui dua cara, yang pertama dengan sistem radar kendali penembakan berupa dua unit radar MR-145 Lev (NATO: Kite Screech-B) yang terpasang di atas anjungan, dengan jarak deteksi dan penguncian sasaran mencapai 11-30 kilometer (8-17 mil laut). Sebagai cadangan disediakan sistem elektro optik berbasis televisi Kondensator-214A apabila sistem radar menghadapi masalah.

Udaloy justru baru bersinar dengan segenap sensor dan persenjataan yang ditujukan untuk mencari, mengidentifikasi, dan menghancurkan kapal selam. Sistem pencari kapal selam utama pada Udaloy adalah MGK-335 Platina (NATO: Bull Horn) LF (Low Frequency) sonar yang dipasang di lambung haluan kapal.

Sonar yang dapat dioperasikan pada mode aktif dan pasif ini dapat diandalkan untuk mendeteksi kapal selam sampai jarak 27,8km dalam kondisi ideal. Selain Platina ada lagi Orion (NATO: Horse Tail) variable depth sonar yang merupakan sistem sonar yang digantung pada kabel dan bisa dinaik-turunkan untuk mendeteksi kapal selam yang bersembunyi dalam lapisan termal di bawah laut.

Untuk komunikasi dengan kapal selam kawan, Udaloy pun dilengkapi dengan sistem telefonik bawah air MG-35. Pada saat adu kucing-kucingan dengan kapal selam lawan, Udaloy pun dibekali dengan sistem sonar MGK-355TA yang mampu mendeteksi torpedo yang diluncurkan oleh lawan untuk diantisipasi dan dihindari.

Baca Juga:  Jajal Pesawat Pengintai

Sementara untuk menghancurkan kapal selam lawan yang terdeteksi, Udaloy membawa sistem peluncur torpedo tabung 533mm CLTA-53-1155 sebanyak dua unit, masing-masing terdiri dari empat tabung (quadruple) yang terpasang di dekat buritan Tabung peluncur ini dapat dipasangi dengan torpedo tipe 53-65K, SET-65, atau PLUR 83RN. Untuk kontak jarak dekat dengan kapal selam, ada pelontar roket anti kapal selam RBU-6000 sebanyak 2 unit, masing-masing terdiri dari 12 roket RGB-12. Untuk operasi blokade disediakan dua rel pelontar ranjau atau depth charge yang terpasang di buritan.

Untuk menangani kapal selam atau bahkan kapal permukaan pada jarak yang lebih jauh dari jangkauan torpedo dan RBU-6000, Udaloy dibekali dengan dua sel peluncur yang mengapit anjungan, diposisikan depan tepat di belakang kubah AK-100 kedua. Sel peluncur ini masing-masing berkapasitas empat rudal anti kapal selam URPK-5 Metel/ Rastrub (NATO: SS-N-14 Silex).

Rudal ini bekerja tandem, dengan torpedo UGMT-1 terpasang di bawah rudal. Rudalnya sendiri berfungsi sebagai pembawa torpedo ke jarak yang lebih jauh, dan baru dijatuhkan ke posisi dimana kapal selam musuh diperkirakan berada. UGMT-1 sendiri dapat diprogram untuk menghantam kapal selam maupun permukaan.

Jarak efektifnya adalah 5-50 kilometer, tentu dengan bantuan deteksi target dari Ka-27 Helix yang bertugas sebagai pemburu kapal selam. Apabila menyasar sasaran permukaan, jarak efektifnya mencapai 90km. Sistem kendali untuk Metel/ Rastrub disediakan oleh dua sistem Drakon (NATO: Eye Bowl).

Walaupun diproyeksikan untuk beroperasi dalam kelompok, Udaloy tetap dilengkapi dengan sistem perlindungan udara yang mumpuni. Bekal pertahanan diri kapal ini adalah delapan rudal Kinzhal (SA-N-9) sebanyak 8 unit yang terpasang pada sistem VLS (Vertical Launch System) PU 4S-95 dengan jarak efektif mencapai 12 kilometer, yang sasarannya dipasok oleh satu radar 3D MR-760MA Fregat-MA (NATO: Top Plate) yang berbentuk kotak dan MR-320M Topaz-V (NATO: Strut Pair).

Pengendalian rudal disediakan oleh sistem MR-360 Podkat (NATO: Cross Sword). Sistem perlindungan jarak dekat mengandalkan pada sistem kanon multi laras 30mm AK-630M sebanyak 4 buah yang dikendalikan oleh dua radar MR-123 Vympel (NATO: Bass Tilt). Sistem perlindungan pasif disediakan oleh pelontar decoy PK-2 (ZIF-121) sebanyak dua buah dan 10 unit PK-10. Untuk peringatan adanya iluminasi laser dari rudal atau sistem laser pengukur jarak kapal lain ada sistem peringatan iluminasi laser sebanyak 6 unit Spektr-F (NATO: Half Cup).

Kapal perusak kelas Udaloy pada awal 1990an diteruskan oleh Projekt 1155.2 Udaloy 2 dengan fokus pada peningkatan kemampuan tempur permukaan dengan penggantian meriam dan sistem rudal, sehingga komplemen senjata Udaloy 2 sama dengan Sovremenny. Pada dekade 1990an hampir seluruh kapal perang kelas Udaloy jarang terdengar penggunaannya, tetapi akhir-akhir ini seiring dengan Rusia yang mengencangkan otot-ototnya, maka manuver mereka yang berani pun masuk pemberitaan.

Terakhir, Admiral Vinogradov (572) membayangi kapal pendarat amfibi (LHA)-6 USS America LPD-22 dan USS San Diego saat melaksanakan latihan RIMPAC pada 16 dan 17 Juli 2016. Kapal perang kelas Udaloy tersebut membayangi USS America dengan sangat dekat, bahkan hanya berjarak 1.000 meter dari kapal perang AS tersebut. (Aryo Nugroho)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan