Kanada Coret F18 Super Hornet, Kini Tinggal Dua Calon F-35 atau Gripen E

Kanada telah menghilangkan Boeing F/A-18 Block III Super Hornet dari kompetisi Future Fighter Capability Project (FFCP) atau proyek pengadaan pesawat tempur baru, sekarang tinggal dua calon tersisa yang akan dipilih, yaitu: Lockheed Martin F-35A Lightning II Joint Strike Fighter (JSF) dan Saab Gripen E sebagai finalis.

Layanan Publik dan Pengadaan Kanada (PSPC) mengatakan pada 1 Desember bahwa proposal dinilai secara ketat pada elemen kemampuan, biaya, dan manfaat ekonomi. Evaluasi tersebut juga mencakup penilaian dampak ekonomi. Seorang juru bicara PSPC menolak untuk mengatakan alasan mengapa mereka menghilangkan Super Hornet Blok III, selain itu semua proposal tunduk pada kriteria evaluasi yang sama dengan pengawasan oleh pemantau keadilan independen.

Selama beberapa minggu mendatang, Kanada akan menyelesaikan langkah selanjutnya dalam proses tersebut. Berdasarkan analisis lebih lanjut dari dua tawaran yang tersisa, ini dapat melibatkan melanjutkan ke negosiasi akhir dengan penawar peringkat teratas atau memasuki dialog kompetitif. Di sini, dua penawar yang tersisa akan diberikan kesempatan untuk memperbaiki proposal mereka.

Gripen E adalah pesawat canggih dengan kemampuan avionik setara 4,5G. Kelebihan utama pesawat ini adalah kemampuanya dalam radar.

Gripen E-series adalah sistem pesawat tempur baru. Dikembangkan untuk melawan dan mengalahkan ancaman lanjutan di masa depan, E-series ditujukan untuk pelanggan dengan ancaman yang lebih nyata dan atau wilayah patroli teritori yang lebih luas untuk diamankan.

Baca Juga:  Rusak Parah, Kapal Selam Jepang Tabrakan Dengan Kapal Komersial Di Pasifik

Gripen memakai radar AESA yang punya daya jangkau terluas di kelasnya saat ini. Juga dilengkapi prosesor kecerdasan buatan yang membantu pilot untuk menganalisisa situasi.

Kemampuan untuk menyerang atau menilai lawan dari jarak jauh adalah fitur utama pesawat E-series. Gripen E-series menggunakan semua data yang tersedia di simpan di server cloud yang direkam oleh semua pesawat dan radar baik di darat laut maupun pesawat intai pada saat yang sama atau sebelumnya, lalu informasi itu dianalisa oleh kecerdasan buatan dan diberikan pada pilot Gripen E untuk mengambil keputusan.

Sayangnya, pesawat Gripen E ini dipandang sebelah mata di Indonesia.

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan