Kisah Kepedihan Hidup Pilot Bom Atom Amerika

Bernama lengkap Paul Warfield Tibbets, Jr., Paul Tiibets inilah nama orang yang menjatuhkan bom atom di Hiroshima dengan pesawat Enola Gay-nya pada tangga l6 Agustus 1945, menewaskan 140.000 warga Jepang seketika .

Dia pernah mengatakan bahwa tidak pernah menyesalkan aksinya saat mengebom Kota Hiroshima dan bahwa bila terjadi keadaan yang sama dia akan mengulanginya.

Selain Hiroshima dan Nagasaki, ada 2 kota lainnya yang dijadikan target point penjatuhan bom atom yaitu Kokura dan Niigata, namun sejarah telah mencatat, Hiroshima dan Nagasaki yang luluh lantak akibat ulah Paul Tibbets dan crew Enola Gay-nya. 

Berikut ini nama-nama crew yang menemani Tibbets dalam pesawat Enola Gay berikut posisi mereka:

1.Kapten Robert Lewis – copilot
2.Mayor Thomas Ferebee – bombardier
3.Kapten Theodore Van Kirk – navigator
4.Letnan Jacob Beser – radar countermeasures
5.Capten William “Deak” Parsons – weaponeer
6.Letnan Dua Maurice Jeppson – assistant weaponeer
7.Sersan Joe Stiborik – radar
8.Staff Sersan George Caron – tail gunner
9.Sersan Robert Shumard – asst. flight engineer
10.Richard Nelson – radio
11.Technical Sersan Wayne Duzenberry – flight engineer

Setelah perang usai, Paul Tibbets ini naik pangkat dari Kolonel ke Brigadir Jenderal. Dia pensiun pada tanggal 31 Agustus 1966 saat pangkatnya Brigadir Jenderal, pasca pensiun dari Angkatan Udara, ia menjadi presiden Executive Jet Aviation di Columbus, Ohio.Paul Tibbets meninggal pada 1 November 2007. 

Baca Juga:  Peran Turki dalam Perang Jawa Antara Majapahit dan Demak

Hari-hari berat kehidupan Paul Tibbets di dunia berakhir sudah. Pria yang namanya membubung setelah menjatuhkan bom atom dan menghancurkan kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 itu telah tiada pada 1 November 2007 beberapa tahun silam.


Tak ada pesan penting yang disampaikan menjelang kematiannya. Beberapa hari menjelang kematian, dia hanya mengharapkan agar makamnya tidak diberi tanda dengan apapun. 

Selain itu, dia pun meminta agar jasadnya dikremasi. Dengan begitu, orang-orang yang mengecam pengeboman tersebut dan tak menyukainya tidak sampai menjadikan makam sebagai pelampiasan amarah.

Semasa hidupnya, Tibbets memang sasaran kecaman. Selain itu, mentalnya pun dituntut untuk gigih mempertahankan argumentasi yang melandasi tindakannya itu. Maklumlah, lima ton bom atom yang ditaburkan di kota Hiroshima itu membuat sedikitnya 100 ribu orang meninggal dan 80 orang lainnya cedera. Sebagian korban yang cedera itu masih hidup hingga hari ini.

Dalam berbagai penyataannya, Tibbets tidak pernah mengungkapkan penyesalan atas pembunuhan massal itu. Bahkan dalam sebuah kesempatan di tahun 1975, dia mengaku bangga karena berhasil menjalankan misinya dengan berhasil. Karena misi itulah, Tibbets, memandang bahwa Perang Dunia II bisa diakhiri.Misi mematikan itu tidaklah dirancang dalam sekejap.

Menurut catatan The Independent, sejatinya misi tersebut sudah direncanakan sejak September 1944 saat Tibbets berpangkat kolonel. 

Saat itu dia dipilih untuk memimpin pasukan khusus angkatan udara Amerika Serikat (AS) yang akan menjalankan Proyek Alberta. Nama tersebut merupakan sandi untuk pesawat terbang yang dirancang untuk menjatuhkan bom atom. Pesawat itu dirancang di Los Alamos, New Mexico, di bawah proyek sangat rahasia yang bernama Proyek Manhattan.

Tinggalkan Balasan