
Era pesawat perang tanpa awak (UAV) atau drone serang telah dimulai. Penggunaanya pesawat tempur ini selain efisien juga hemat sumber daya manusia. China salah satunya, semakin maju ke depan.
Industri Penerbangan China, AVIC memperkenalkan drone tempur terbarunya, seri Harrier dan Cloud Shadow.
Ada Harrier I, II dan III serta Cloud Shadow dipamerkan dalam pameran Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat di Changchun, provinsi Jilin, 21 Oktober 2019.
Sebelumnya AVIC China ini sudah sukses dengan memproduksi drone tempur Wing Loong, yang juga sudah dimiliki TNI. AVIC mengklaim berhasil menjual 100 Wing Loong I ke luar negeri dan menyusul seri Wing Loong II.
AVIC saat ini mengklaim bahwa Harrier I siap untuk produksi dan penjualan massal, sedangkan Harrier II dan III masih menjalani pengujian di Guizhou Aircraft.
AVIC mengatakan Harrier I memiliki berat lepas landas maksimum 700 kilogram dan dapat membawa hingga 100 kg alat pengintai untuk meninjau situasi medan perang atau menilai hasil serangan udara. Drone bisa mengudara selama 16 jam.
Harrier II, yang melakukan penerbangan perdananya pada Juli 2018, memiliki berat lepas landas maksimum 1,28 metrik ton, termasuk 400 kg rudal, bom, atau peralatan pengintaian. Drone dapat beroperasi selama 32 jam dalam satu penerbangan.
Model terbaru dan terbesar dalam seri ini, Harrier III, menampilkan struktur sayap-delta dengan berat lepas landas maksimum 2 ton. Pesawat ini mampu membawa 700 kg senjata dan instrumen dan melakukan operasi 24 jam. Pesawat tanpa awak ini juga dapat dimodifikasi untuk digunakan di kapal.
AVIC mengatakan semua model Harrier dapat diadaptasi untuk melaksanakan operasi sipil seperti survei geologi, pemantauan kebakaran hutan, dan penyelundupan.
Cloud Shadow, yang dikembangkan oleh AVIC Chengdu Aircraft Industry untuk pasar luar negeri, memiliki berat lepas landas maksimum 3 ton dan kecepatan tertinggi 620 kilometer per jam.
Drone dapat membawa lebih dari 400 kg rudal, roket dan bom, menurut informasi yang diterbitkan oleh AVIC. Pesawat tanpa awak ini bisa terbang di atas ketinggian 12 ribu meter.
Wang Yanan, pemimpin redaksi majalah Aerospace Knowledge, mengatakan AVIC tampaknya ingin menawarkan lebih banyak pilihan kepada calon pembeli yang mencari drone serbaguna dengan harga terjangkau.
“Drone militer China telah mendapatkan reputasi yang baik di pasar luar negeri berkat kemampuannya yang dapat diandalkan dan kinerja tempurnya,” katanya.
Sumber: tempo.co
Tinggalkan Balasan