
Meskipun Jepang telah memperkuat pertahanannya cukup kuat dari ancaman strategis, namun industri senjata negara itu tertinggal dalam teknologi militer.
Militer Jepang membutuhkan pesawat dan persenjataan yang lebih canggih yang dijual oleh produsen senjata Amerika Serikat karena fokus strategis Tokyo bergeser dari Rusia di utara ke selatan untuk menghadapi china dan korea utara.
Pabrikan pertahanan besar Jepang seperti Mitsubishi, IHI Corp. dan industri berat Kawasaki sedang berjuang untuk menjual tank, pesawat terbang, dan kapal perang dengan tekonologi abad ke-20. Mereka perlu mengembangkan teknologi yang lebih baik untuk melayani militer di pasar pesawat tak berawak seperti Tritons yang dibuat oleh Northrop Grumman dan Echo Voyager bawah laut Boeing.
Stagnansi teknologi militer Jepang membuat penjualan senjata Jepang di pasar internasional tidak pernah benar-benar meningkat. Tidak kompetitif, dengan harga tinggi, teknologi yang menua, dan dukungan pemerintah yang kurang, pembuat senjata di Jepang semakin menarik diri dari bisnis.
Tank Kyumaru yang besar dan kuat yang dibangun oleh Mitsubishi Heavy Industries memulai debutnya 30 tahun yang lalu dan digantikan dengan kendaraan lapis baja yang lebih ringan dan lebih mobile yang dapat melakukan perjalanan di jalan umum dan atau memiliki kemampuan amfibi, termasuk kendaraan serbu amfibi Amerika.
“Orang mungkin berpikir Jepang memiliki teknologi canggih dan dapat dengan cepat mengejar ketinggalan dengan orang lain dan mulai menjual peralatan jika hanya menjadi serius, tetapi saya pikir itu salah,” kata Heigo Sato, pakar masalah pertahanan dan profesor di Universitas Takushoku Hokkaido.
“Masalahnya, produk pertahanan Jepang bukan first grade. Tidak ada yang tertarik membeli produk second atau third grade dengan harga lebih tinggi,” ujarnya.
Jepang menciptakan Badan Akuisisi, Teknologi & Logistiknya sendiri pada tahun 2015 untuk mencoba memberi energi pada industri pertahanan domestik yang lesu dan mempromosikan penelitian, pengembangan, dan penjualan teknologi bersama dengan negara-negara sahabat. Tetapi keuntungan telah menyusut di dalam negeri, karena pemerintah, alih-alih mempromosikan penjualan, justru memilih meningkatkan pembelian alutsista dari AS.
Jepang adalah pengimpor senjata terbesar ke-12 di dunia, dengan pangsa global 2,2%. Sebagian besar pembelian berasal dari sekutunya AS, menurut survei terbaru oleh Stockholm International Peace Research Institute, sebuah organisasi penelitian global.
Tinggalkan Balasan