
Sebuah lembaga publik-swasta di Turki mengklaim telah menciptakan drone pertama di dunia yang dipersenjatai dengan senjata laser.
Drone itu diberi nama Eren dan dipamerkan di Festival Sains Konya pada 9 Desember. Namun, baik Tubitak maupun Asisguard tidak akan memberikan informasi tentang data teknis dan spesifikasi sistem.
Drone itu dibangun oleh kemitraan antara lembaga penelitian ilmiah milik pemerintah Turki, Tubitak, dan perusahaan swasta Asisguard. Program pengembangan dikelola oleh Direktorat Jenderal Keamanan Departemen Kriminal Turki.
Aykut Eroglu, seorang perwira polisi senior yang akrab dengan program tersebut, mengatakan kepada kantor berita Turki Anadolu bahwa senjata laser Eren terutama akan menargetkan persediaan amunisi militer dan bom musuh di lapangan.
“Ini adalah yang pertama dari jenisnya di seluruh dunia,” kata Eroglu.
Eren baru-baru ini lulus uji tembak, di mana ia menggunakan lasernya selama 90 detik pada jarak 500 meter, 30 detik pada 300 meter, dan 10 detik pada 100 meter.
Asisguard dianggap sebagai spesialis drone yang sedang naik daun di negara ini. Perusahaan sebelumnya mengembangkan Songar, yang menerima peningkatan pada bulan Februari. Sebagai bagian dari program peningkatan, perusahaan pertahanan kecil Turki Akdaş memasang peluncur granat 40mm ke Songar. Songar yang ditingkatkan dipersenjatai dengan sistem AK40-GL dan memiliki jarak tembak 400 meter. Drone berhasil melewati tes penerimaan.
Beberapa perusahaan Turki yang dikendalikan negara dan swasta telah bekerja sama pada riset teknologi energi terarah atau laser sejak 2010. Ozgur Eksi, seorang analis pertahanan yang berbasis di Ankara, mengatakan kepada Defense News awal tahun ini bahwa dari sudut pandang operasional, senjata energi terarah atau laser berasal dari kekuatan tembak energi api yang difokuskan pada satu titik sasaran, riset ini diharapkan bisa melengkapi pengembangan perang drone bersenjata dan tidak bersenjata.
“Arsitektur perang drone mungkin merupakan penggunaan operasional yang paling kritis, terutama untuk perang asimetris di dalam Turki atau dalam operasi lintas batas [di Suriah dan Irak],” kata Eksi.
Tinggalkan Balasan